Perkembangan Ideologi Sosialisme
Secara etimologis,
sosialisme berasal dari bahasa Latin “SOCIUS” yang berarti sahabat atau teman.
Istilah ini merupakan suatu prinsip pengendalian harta dan produksi serta
kekayaan oleh kelompok. Sosialisme juga mendasarkan diri pada cita-cita sosial
bahwa kekayaan di dunia ini milik bersama, dan pemilikan secara bersama lebih
baik daripada pemilikan secara perseorangan, dan keadaan masyarakat dimana hak
milik pribadi atas alat-alat produksi telah dihapuskan.Pendapat para ahli
tentang paham sosialisme di antaranya :
Ø Gerald Braunthal mendifinisikan sosialisme sebagai
suatu teori ekonomi dan politik yang menekankan pentingnya peranan Komusial dan
Pemerintah dalam menguasai alat-alat produksi dan distribusi barang.
Ø Keneth J. Arrow dalam Budiharjo (1984) menyatakan bahwa sosialisme adalah
suatu system ekonomi dimana sebagian besar keputusan ekonomi diambil dalam
satuan yang dikuasai berbagai bagian struktur negara atau para pekerja.
Ø Teuku May Rudy (1993) menyatakan bahwa sosialisme adalah paham yang
beranggapan bahwa kepentingan bersama atau kepentingan umum harus diutamakan
dari kepentingan individu.
Ø Sutan Syahrir dalam Anwar (1966) menyatakan bahwa sosialisme adalah suatu
ajaran dan gerakan untuk mencari keadilan di dalam kehidupan kemanusiaan.
Ø Ir.Sukarno (1963) menyatakan sosialisme adalah bukan saja merupkan suatu
system msyarakat, sosialisme juga suatu tuntutan perjuangan, yakni kemakmuran
bersama
LATAR BELAKANG PAHAM
SOSIALISME
Istilah Sosialisme
pertama kali muncul Istilah
sosialisme baru pertama kali dipakai pada tahun 1827 dalam majalah
perkoperasian oleh Robert Owen saat Saat paham Kapitalisme berkembang pesat setelah
terjadinya revolusi industry pada abad XVIII di mana dengan revolusi industri
produksi barang dilakukan dengan mudah dan murah. Akibatnya terjadi akumulasi
modalpada pihak tertentu sehingga memungkinkan pengembangan industri lebih
lanjut. Perkembangan kapitalisme menciptakan polarisasi masyarakat yakni
golongan majikan dan buruh, atau golongan borjuis dan proletar. Paham sosialis dari Robert Owen di Inggris (1771-1858), Saint
Simon (1760-1825), Fourier (1772-1837) di Perancis untuk memperbaikinya. Mereka
terdorong oleh rasa kemanusiaan, akan tetapi tanpa disertai tindakan dan
konsepsi yang nyata mengenai tujuan dan strategi dalam memperbaiki sehingga
teori-teori mereka dikenal dengan angan-angan belaka. Karena itu mereka disebut
sosialisme utopi (Utopi: dunia khayal).
Selanjutnya
Karl Marx menggunakan teori Sosialisme Ilmiah untuk membedakan
dengan teori sosialisme utopi (Utopi : Dunia Khayal).
Sosialisme Ilmiah (Socialism Scientific)
merupakan pemikiran yang melawanan segala bentuk utopia idealistik atau bentuk
perlawanan terhadap idealisme positif. Pemahaman Marx terhadap ketimpangan
sosial berubah setelah ia menyaksikan revolusi Inggris dan Perancis yang
menghantarkanya pada kesimpulan bahwa perubahan mesti dilakukan dengan cara
kekerasan (revolusi).
Gerakan sosial muncul
secara serentak dalam bentuk revolusi sosial sebagai reaksi terhadap
kepincangan sosial-ekonomi di kota-kota besar akibat Revolusi Agraria dan
Revolusi Industri. Pada masa itu, golongan pengusaha, pemilik pabrik, dan para
pedagang hidup makmur, tetapi kaum buruh yang bekerja di pabrik-pabrik atau
pertambangan sangat menderita karena upah buruh sangat rendah. Oleh karena itu,
di kota-kota besar sering terjadi kejahatan. Keadaan demikian menimbulkan
kritik-kritik yang tajam terhadap sistem ekonomi kapitalis yang berdasarkan
paham liberal. Kritik-kritik tajam itu dilontarkan oleh golongan yang menganut
paham sosialis. Sosialisme mula-mula muncul di Prancis sebagai reaksi terhadap
paham liberal. Sosialisme kemudian menjalar ke Inggris dan akhirnya dikembangkan
oleh Karl Marx dan Friedrich Engels (bangsa Yahudi–Jerman). Hasil pemikiran
kedua tokoh itu dituangkan ke dalam buku yang berjudul Das Kapital. Ajaran Karl
Marx kemudian terkenal dengan nama Marxisme atau Wetenschppelijk Sosialisme
(sosialisme yang bersifat ilmu pengetahuan).
Karl Marx selanjutnya
menyebut ajarannya itu sebagai komunisme dan pengikutnya disebut komunis.
Istilah komunisme sendiri sebenarnya bukan ciptaan Karl Marx, melainkan ciptaan
sosialis Prancis, Cabet. Kata komunis itu berasal dari bahasa Latin communio
yang artinya kepunyaan bersama. Kepunyaan bersama ini didasarkan atas
penghasilan yang disebabkan oleh tenaga dan menghapuskan hak milik perseorangan
Unsur-unsur Pemikiran dan Kebijakan Sosialisme
Unsur-unsur
pemikiran dan kebijaksanaansosialisme ketika lahir di Inggris ilah sebagai
berikut :
a. Agama
Pada buku The Labour Party in Perspective, Attiee menulis bahwa “ …dalam
pembentukan gerakan sosialis pengaruh agama merupakan yang paling kuat” gerakan
sosialas Kristen dipimpin oleh dua orang biarawan, yakni Frederick Maurice dan
Charles Kingsley mencapai puncak kejayaannya pada pertentangan orgnisasi kelas
buruh dan sosial di kemudin hari.
b. Idealisme Etnis
dan Estetis
Pengaruh Ruskin dan Morris yang menunjukkkan secara fisik dan moral salah
menyangkut peradaban yang dibangun di atas perselisihan dan kemeratan, tetapi
mereka tidak merumuskan program-program tertentu untuk memperbaiki kondisi yang
dikeritiknya. Meskipun demikian, pemberontakan estetika dan etika ini membawa
pengaruh yang penting dalam mempersiapkan suatu lingakungan intelektual tentang
nantinya sosialisme mendapat tanggapan yang simpatik.
c. Empirisme
Fabian
Ini merupakan ciri gerakn sosialis Inggris yang khas. Pendiri dan anggota
pertama masyarakat Fabian adalah George Bernard Shaw, Sidney dan Beatrice Webb,
H.G. Welis dan Graham Wallas. Webb menyatakan bahwa sosialisme merupakan hasil
yang tiak dapat dielakkan dari keberhasilan demokrasi, tetapi ia menandaskan “kepastian
yang dating secara bertahap”, yang sangat berbeda dari kapastian revolusi yang
dicanangkan Marx. Masyarakat Fabian berangkat dari anggapan bahwa tidak akan
ada kemajuan kearah tatanan masyarakat yang adil kalau kepada kelas menengah
dan dikelas atasnya tidak diperlihatkan kelogisan dan keadilan yang ditampilkan
oleh seruan-seruan pokok dalam pemikiran dan kebijakan sosialis.
d. Liberalisme
Liberalisme telah memberikan banyak sumbangan yang dapat tahan lama bagi
sosilisme Inggris. Karena pengarh Liberalisme, para pemimpin lebih moderat dan
kurang terpaku pada doktrin. Liberalism telah mengubah Partai Buruh menjadi
sebuh partai nasionalis dan bukannya menhjadi partai yang didasarkan pada
kelas. Leberalisme juga telah mewarisi kepada Partai Buruh pesan Kaum Liberal
bahwa pembaharuan akan tercapai tanpa kedengkian dan kebencian.
SOSIALISME DI BERBAGAI
NEGARA
Kemenangan bangsa-bangsa
demokrasi dalam perang dunia I memberikan dorongan yang kuat bagi partumbuhan
partai sosialis di seluruh dunia. Perang telah dilancarkan untuk mempertahankan
cita-cita kemerdekaan dan keadaan sosial terhadap imperialisme totaliter Jerman
dan Sekutu-sekutunya. Selama peperangan telah dijanjikan kepada rakyat-rakyat
negara demokratis yang ikut berperang, bahwa kemenangan militer akan disusul
dengan suatu penyusunan kehidupan sosial baru berdasarkan kesempatan dan
persamaan yang lebih banyak.
Di Inggris dukungan
terbesar terhadap gerakan sosialisme muncul dari Partai Buruh mencerminkan
pertumbuhanuruh dan perkembangannya suatu proses terhadap susunan sosial yang
lama. Pada awal pertumbuhan hanya memperoleh suara (dukungan) yang kecil dalam
perwakilannya di parlemen. Selanjutnya menjadi partai yang lebih bersifat
nasional setelah masuknya bekas anggota partai liberal. Banyak programnya yang
berasal dari kaum sosialis,terutama dari kelompok Febiaan berhasil memperkuat
posisi partai karena dapat memenuhi keinginan masyarakat. Kemajuan yang dapat
dicapaimisalnya dalam bidang (1) pemerataan pendapatan (2)distribusi pendapatan
(3) pendidikan (4) perumahan (Anthony Crosland, 1976: 265-268).
Di Negara-negara Eropa
lainnya seperti Perancis, Swedia, Norwegia, Denmark dan juga Australia dan
Selandia Baru partai-partai sosial berhasil memegang kekuasaan pemerintahan
melalui pemilu-pemilu bebas. Hal tersebut berarti kalau kita berbicara
sosialisme, maka kita menghubungkan dengan sosialisme demokrasi tipe reformasi
liberal. Hal ini perlu dibedakan dengan sosialisme otoriter atau komunisme
seperti yang terlihat di Soviet dan RRC.
Selama tahun 1920-an
dan 1930-an, kaum sosialis di Eropa dan Amerika melakukan serangan baru
terhadap kelemahan kapitalisme, ungkapan-ungkapan misalnya : ketimpangan
ekonomi, pengangguran kronis, kekayaan privat dan kemiskinan umum, menjadi
slogan-slogan umum. Di Eropa partai sosialis demokratis dipengaruhi Marxisme
revisionis,solidaritas kelas pekerja, dan pembentukan sosialis yang papa akhirnya
melalui cara demokratis sebagai alat untuk memperbaiki kekurangan system
kapitalis. Periode tersebut merupakan era menggejolaknya aktivitas sosialis.
Setelah PD II terjadi
perubahan besar dalam pemikiran kaum sosialis. Pada permulaan tahun 1960 banyak
diantara partai sosialis demokrat Eropa yang melepaskan dengan hubungan
ikatan-ikatan idiology Marx. Mereka mengubah sikapnya terhadap hak milik privat
dan tujuan mereka yang semula tentang hak milik kolektif secara total.
Perhatian mereka curahkan terhadap upaya “ menyempurnakan ramuan”pada
perekonomian yang sudah menjadi ekonomi campuran. Akibatnya disfungsi antara
sosialis dan negara kesejahteraan modern (The modern welfare state) kini
dianggap orang sebagai perbedaan yang bersifat gradual.
Menurut Milton H
Spencer sosialisme demokrasi modern merupakan suatu gerakan yang berupaya untuk
memperbaiki kesejahteraan masyarakat melalui tindakan (1) memperkenalkan adanya
hak milik privat atas alat-alat produksi (2) melaksanakan pemilikan oleh Negara
(public ounership) hanya apabila hal tersebut diperlukan demi kepentingan
masyarakat (3) mengandalkan diri secara maksimal atas perekonomian pasar dan
membantunya dengan perencanaan guna mencapai sasaran sosial dan ekonomis yang
diinginkan ( Winardi, 1986: 204).
Bagaimanakah sosialisme
di Negara-negara berkembang ?. Negara-negara miskin berhasrat untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi yang cepat. Dari segi kepentingan dalam negeri pertumbuhan
ekonoimi yang tinggi merupakan satu-satunya cara untuk mencapai srtandart hidup,
kesehatan dan pendidikan yang lebih baik. Ada dua cara untuk mencapai
pembangunan ekonomi yang pesat: Pertama cara yang telah digunakan oleh Negara
Barat (maju), pasar bebas merupakan alat utama untuk menunjang pertumbuhan
ekonomi yang tinggi.Kedua komunisme, dalam metode ini Negara memiliki alat-alat
produksi dan menetapkan tujuan yang menyeluruh.
Dalam menghadapi
masalah modernisasi ekonomi Negara-negara berkembang pada umumnya tidak mau
meniru proses pembangunan kapitalis Barat atau jalur pembangunan komunisme.
Mereka menetapkan sendiri cara-cara yang sesuai dengan kondisi masing-masing
Negara. Ketiga jalan ketiga disebut Sosialisme. Dalam konteks negara
terbelakang/berkembang sosialisme mengandung banyak arti pertama di dunia yang
sedang berkembang sosialisme berarti cita-cita keadilan sosial . Kedua istilah
sosialisme di Negara-negara berkembang sering berarti persaudaraan, kemanusiaan
dan perdamaian dunia yang berlandaskan hukum. Arti Ketiga sosialisme di Negara
berkembang ialah komitmen pada perancangan ( Willan Ebenstein,1994: 248-249).
Melihat tersebut di
atas arti sosialisme pada negara berkembang dengan Negara yang lebih makmur
karena perbedaan situasi histories. Di dunia Barat sosialisme tidak diartikan
sebagai cara mengindustrialisasikan Negara yang belum maju, tetapi cara
mendistribusikan kekayaan masyarakat secara lebih merata. Sebaliknya,
sosialisme di Negara berkembang dimaksudkan untuk membangun suatu perekonomian
industri dengan tujuan menaikkan tingkat ekonomi dan pendidikan masa rakyat , maka
sosialisme di negara Barat pada umumnya berkembang dengan sangat baik dalam
kerangka pemerintahan yang mantap (seperti di Inggris dan Skandinavia) ,
sedangkan di Negara berkembang sosialisme sering berjalan dengan beban tardisi
pemerintahan yang otoriter oleh kekuatan imperialism easing atau oleh penguasa
setempat.Karena itu ada dugaan sosialisme di Negara berkembang menunjukkan
toleransi yang lebih besar terhadap praktek otoriter dibandingkan dengan dengan
yang terjadi sosialisme di Negara Barat. Kalau Negara-negara berkembang gagal
dalam usahanya mensintesakan pemerintahan yang konstitusional dan perencanaan
ekonomi , maka mereka menganggap bahwa pemerintahan konstitusional dapat
dikorbankan demi memperjuangkan pembangunan ekonomi yang pesat melalui perencanaan
dan pemilikan industri oleh Negara.
Jika kita perhatikan
dalam sejarah bangsa Indonesia , pada awal kemerdekaan sampai tahun 1965 pernah
pula diintrodusir konsep sosialisme ala Indonesia .Apakah itu sebagai akibat
pengaruh PKI atau ada aspek-aspek tertentu yang memang sesuai dengan kondisi di
negara kita. Yang jelas sejak memasuki Orde Baru “sosialisme” itu tidak
terdengar lagi .
Adanya perbedaan
pengertian mengenai konsep sosialisme , memberikan wawasan kepada kita bahwa
suatu ideology politik yang dianut oleh suatu Negara belum tentu cocok untuk
negar lain . Melalui pemahaman ini dapat dipetik manfaatnya untuk pengembangan
pembangunan nasional demi tercapainya tujuan nasional seperti yang terumuskan
dalam UUD 1945.
KOMUNIS INTERNASIONAL
Komunis internasional
sebagai teori ideologi mulai diterapkan setelah meletusnya Revolusi Bolshevik
di Rusia tanggal 7 November 1917. Sejak saat itu komunisme diterapkan sebagai
sebuah ideologi dan disebarluaskan ke negara lain. Pada tahun 2005 negara yang
masih menganut paham komunis adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan
Laos. Komunis internasional adalah teori yang disebutkan oleh Karl Marx.
Sedikit berbeda Ideologi komunisme di
Tiongkok daripada dengan Marxisme-Leninisme yang diadopsi bekas Uni Soviet. Mao
Zedong menyatukan berbagai filsafat kuno dari Tiongkok dengan Marxisme yang
kemudian ia sebut sebagai Maoisme. Perbedaan mendasar dari komunisme Tiongkok
dengan komunisme di negara lainnya adalah bahwa komunisme di Tiongkok lebih
mementingkan peran petani daripada buruh. Ini disebabkan karena kondisi
Tiongkok yang khusus di mana buruh dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari
kapitalisme.
KOMUNIS DI INDONESIA
Pada tahun 1913 paham komunis masuk ke
Indonesia oleh HFJ Sneevliet (1883-1942). Sebagaimana di negeri-negeri lain,
yang tertarik pada faham komunis umumnya adalah kaum jelata karena memang faham
ini konon untuk membela kaum jelata dan menjadikan kaum elit sebagai musuh. Basis pendukungnya
adalah buruh dan tani. Di Indonesia yang saat itu di bawah pemerintahan kolonial, menjadi bangsa yang sengsara di negeri
sendiri. Menjadikan Indonesia sangat tepat untuk ditanami paham komunis pada
masyarakatnya.
Sneevliet pada tahun
1914 didirikan Persatuan Sosial Demokrat Indonesia (ISDV), yang pada awalnya
terdiri dari 85 anggota dua partai sosialis Belanda (Partai Buruh Sosial
Demokrat yang berbasis massa di bawah kepemimpinan reformis, dan Partai Sosial
Demokrat yang merupakan cikal bakal Partai Komunis, terbentuk setelah perpecahan
politik dengan SDAP di tahun 1909)
Sejak mulanya tendensi
revolusioner mengendalikan ISDV, sikapnya militan terhadap isu-isu lokal
(misalnya, kampanye mendukung seorang jurnalis Indonesia yang diadili karena
melanggar hukum pengendalian pers, dan juga mengadakan rapat umum menentang
persiapan perang yang dilakukan oleh pemerintah Belanda) dan selain itu ISDV
juga melibatkan diri dalam pergerakan nasional. Pada tahap itu orang Eropa
anggota ISDV Belanda boleh masuk Insulinde sebagai anggota individual. Pimpinan
Insulinde dan Sarekat Islam bersifat kelas menengah, tetapi senang dan
bersyukur menerima bantuan dari ISDV, dan hanya kaum sosialis siap membantu
pada saat itu.
Namun demikian, tak
terelakkan konflik mulai timbul antara kepemimpinan ISDV dan Insulinde, dan
juga di dalam ISDV sendiri. ISDV menegaskan bahwa pejuangan melawan penjajahan
Belanda harus didukung kaum sosialis, dan menyatakan bahwa hal ini mencakup
perjuangan melawan sistem kaptialis. Pimpinan kelas menegah Insulinde (seperti
para pemimpin SI kemudian) secara naluriah menolak dengan keras pikiran itu,
dan mengedepankan “teori dua tahapan”. Dalam ISDV sendiri aliran refomis
meninggalkan partai itu di tahun 1916 dan mendirikan Partai Sosial Demokrat
Indonesia (ISDP), yang dalam waktu singkat langsung dekat dengan pemimpin kelas
menengah nasionalis. Di sisi lain, ISDV makin digemari dan dihormati kaum
militan Indonesia karena berani dan berprinsip dalam hal politik lokal.
Walaupun diserang para pemimpin nasionalis karena banyak yang berketurunan
Belanda, hal ini tidak merupakan rintangan dalam perjuangan membangun
organisasi revolusioner, dan merebut dukungan massal.
Banyak masalah sulit
yang dihadapi oleh ISDV di periode awal bangkitnya gerakan politik massa ini.
Pada 1915-18 penguasa Belanda menanggapi gerakan massa yang tumbuh dengan
mendirikan semacam “Volksraad” yang bertujuan membendung militansi massa. ISDV
– berlawanan dengan pimpinan nasionalis dan ISDP – pada mulanya memboikot badan
ini, tetapi kemudian membatalkan keputusan itu ketika mulai jelas bahwa
Volksraad itu dapat dimanfaatkan sebagai medan propaganda revolusioner.
Sneevliet juga memegang
peran penting dalam Serikat Staf Kereta Api dan Trem (VSTP), pada saat itu
kecil saja, dan sebagian besar anggotanya berkulit putih. Sneevliet mengarahkan
VSTP kepada bagian besar buruh yang pribumi, dan pada saat bersamaan berusaha
menguatkan struktur organisasinya dengan menegaskan pentingnya pengurusan
cabang cabang yang baik, juga konperensi tahunan, penarikan sumbangan anggota,
dsb. Dalam jangka waktu singkat anggota serikat ini menjadi dua kali lipat, dan
sebagian besar pribumi. Kesuksesan VSTP meraih hormat bagi gerakan sosialis,
dan memungkinkan Sneevliet merekrut para aktivis buruh ke dalam ISDV. Yang
terpenting di antaranya adalah Semaun, seorang pemuda buruh perusahaan kereta
api yang pada tahun 1916 (saat berusia 17 tahun), menjadi kepala Serikat Islam
di Semarang, dan di kemudian hari menjadi tokoh penting dalam PKI.
Liberalisme Belanda
tidak mendorong perjuangan buruh. Pemogokan dibalas dengan PHK massal,
pembuangan para aktivis ke pulau-pulau terpencil, dan tindakan apa saja yang
perlu untuk menghancurkan gerakan buruh. Dalam periode itu jarang sekali
pemogokan buruh menemui kesuksesan, dan tidak mungkin berhasil memengaruhi
perjuangan luas. Dilawan oleh majikan yang kuat, terbatas kemungkinan memajukan
kondisi kaum buruh lewat perundingan.
Meskipun demikian
gerakan serikat buruh bertahan dan berkembang. Kenyataan ini hanya bisa
diterangkan dengan kekuatan dan daya tahan kaum buruh, dengan tumbuhnya jumlah
dan pengalaman kaum buruh, dan di pihak lain, diterangkan oleh kenyataan bahwa
perjuangan serikat buruh] tidak dapat dipisahkan dari perjuangan yang lebih
luas yang dilakukan oleh rakyat Indonesia dalam melawan penindasan dan penghisapan
pemerintah Belanda.
Sebagian besar kaum
petani tetap mengikuti adat dan agama, kelihatannya pasif kalau ditindas,
petani pada waktu itu pandangannya terbatas oleh kepentingan dan masalah
kehidupan desa, tidak dapat diharapkan menunjang program sosialis dengan
pemikiran yang termaju. Kaum petani hanya bisa memihak segi program sosialis
yang merefleksikan kepentingan kaum tani sendiri, dan memihak perjuangan
militan yang membantu tuntutan itu. Namun dukungan seperti itu juga biasanya
sporadis, ekspolsif, dan tidak lengkap, selaras dengan karakter kaum tani
sendiri – yaitu suatu kelas yang heterogen, produsen kecil yang terisolir, dan
yang menurut kepentingan sendiri. Oleh karena itu kaum petani mungkin memihak
kaum buruh, tetapi juga mungkin memihak demagogi kaum nasionalis, mistik agama
atau aliran lain yang menawarkan pemecahan segera bagi persoalan kongkrit yang
mereka hadapi.
Dalam pengertian
perspektif dan teoris, di satu sisi, sebagai organisasi kader ISDV amat lemah.
Pengusiran Sneevliet dari Indonesia pada tahun 1918 meninggalkan jurang tak
terjembatani di pucuk pimpinan organisasi itu. Tidak ada pemimpin, baik
keturunan Belanda maupun pribumi, walaupun trampil sebagai pejuang
revolusioner, memiliki pengalaman dan pemandangan marxis yang cukup luas untuk
mengemudikan partai secara tepat saat menghadapi tikungan yang tajam dan
mendadak.
Potensi revolusioner
ISDV yang gemilang pada era itu ditunjukkan tahun 1917-1918, saat partai itu
segera mendukung Revolusi Rusia dan dengan cepat menarik implikasi revolusi itu
bagi revolusi di negara Eropa dan Indonesia sendiri. Belajar dari pengalaman
Rusia, ISDV mulai mengorganisir serdadu dan pelaut di Indonesia, dan dengan
usaha itu berhasil menarik pengikut sekitar 3,000 orang di angkatan bersenjata
Belanda.
Pada akhir tahun 1918,
saat Belanda di ambang revolusi, pemerintah kolonial bingung karena
kelihatannya mungkin ada perebutan kekuasaan revolusioner di Belanda, dan
mungkin sesudahnya di Indonesia juga. Pada saat itu sosial demokrat Belanda
kehilangan keberaniannya. Pemerintah kolonial menjanjikan berberapa perbaikan
situasi, dan situasi revolusioner reda.
Situasi di Indonesia
pada tahun 1918-1919 penuh gejolak, karena kisis ekonomi menghantam para
pekerja dan timbulkan perlawanan dengan kekerasan di kalangan kaum tani.
Kejadian ini melatarbelakangi pertumbuhan ISDV/PKI secara massal, dan juga
menyebabkan reaksi dari segi pemerintah.
Paham komunis juga masuk di daerah Sumatra
barat. Haji Datuk Batuah pada tahun 1923 ia menanamkan ajaran komunis di
kalangan pelajar-pelajar dan guru-guru muda Sumatera Thawalib Padang Panjang.
Sumatera Thawalib adalah suatu lembaga pendidikan yang dimiliki oleh kalangan pembaharu Islam di
Sumatera Barat, dimana haji Batuah
merupakan salah seorang pengajarnya. akhirnya menyebar ke berbagai daerah
Sumatera Barat dibawa oleh para lulusan sekolah tersebut ke daerah asalnya. Penyebaran ini terutama
dilakukan di kalangan petani. Oleh masyarakat setempat ajaran komunis ini
disebut “ilmu kominih” (Schrieke, 1960: 155).
Ilmu ini menggabungkan ajaran Islam dengan ide anti penjajahan Belanda,
anti imperialisme-anti kapitalisme dan
ajaran Marxis.
Pada akhir tahun 1923
Datuk Batuah, bersama-sama dengan Nazar Zaenuddin mendirikan pusat Komunikasi Islam di Padang
panjang. Dalam waktu yang hampir
bersamaan Datuk Batuah menerbitkan harian “Pemandangan Islam” dan dan
Nazar Zaenuddin menerbitkan
“Djago-Djago”. Lembaga Pusat Komunikasi Islam dan kedua harian tersebut digunakan sebagai media
penyiaran paham komunis.
Pada pagi 11 Nopember
1923 Datuk Batuah dan Nazar Zaenuddin ditangkap pemerintah kolonial Belanda.
Segera setelah itu pusat propaganda komunis berpindah ke Padang ( Schreike,
1960: 60). Pucuk kepemimpinan PKI
Sumatera Barat kemudian di ambil alih oleh Sutan Said Ali. Pada waktu itu kegiatan orang-orang
komunis di seluruh nusantara menunjukkan
peningkatan yang pesat. Hal ini karena pada akhir tahun 1923 Darsono,
seorang tokoh, komunis kembali di Hindia
Belanda dari Moskow atas perintah komintern untuk mendampingi Semaun, Alimin dan Muso. Suatu hal yang menyebabkan pesatnya
perkembangan komunis di Sumatera Barat
adalah dileburnya Sarekat Rakyat Sumatera Barat ke dalam PKI. Sarekat
Rakyat ini semula bernama Sarekat Islam
Merah, suatu organisasi pecahan Sarekat Islam yang berorientesi kepada paham komunis, dimana di
Sumetera Barat mempunyai anggota yang
cukup banyak (Kahin, 1952: 70).
Dileburnya Sarekat
Rakyat ke dalam PKI, maka jumlah anggota inti PKI Sumatera Barat meningkat
berlipat ganda. Jika pada tanggal 1 Juni 1924 semua anggota inti PKI Sumatera Barat tercatat hanya
berjumlah 158 Orang, maka pada tanggal 31
Desember 1924 telah menjadi 600 orang, tiga bulan kemudian menjadi 884
orang. Daerah-daerah yang tercatat
sebagai basis PKI adalah: Kota Lawas, pariaman, Sawah Lunto, Tikalah, padang dan Silungkang.
Partai Komunis
Indonesia (PKI) adalah partai politik di Indonesia yang berideologi komunis dengan lambing palu dan arit ini. Dalam sejarahnya, pernah berusaha melakukan pemberontakan melawan
pemerintah kolonial Belanda pada 1926, mendalangi pemberontakan PKI Madiun pada
tahun 1948 dan dicap oleh rezim Orde Baru ikut mendalangi pemberontakan G30S
pada tahun 1965. Namun tuduhan dalang PKI dalam pemberontakan tahun 1965 tidak
pernah terbukti secara tuntas, dan masih dipertanyakan seberapa jauh kebenaran
tuduhan bahwa pemberontakan itu didalangi PKI. Sumber luar memberikan fakta
lain bahwa PKI tahun 1965 tidak terlibat, melainkan didalangi oleh Soeharto
(dan CIA). Hal ini masih diperdebatkan oleh golongan liberal, mantan anggota
PKI dan beberapa orang yang lolos dari pembantaian anti PKI.
Pembantaian manusia secara sia-sia oleh tentara
dan kelompok-kelompok agama terhadap orang-orang yang dicurigai dan dituduh
mempunyai hubungan dengan PKI pada pertengahan tahun 1960-an. Hal ini juga
membawa kesengsaraan luar biasa bagi para warga Indonesia dan anggota keluarga
yang dituduh komunis meskipun belum tentu kebenarannya. Diperkirakan antara
500.000 sampai 2 juta jiwa manusia dibantai di Jawa dan Bali setelah peristiwa
Gerakan 30 September 1965.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar