Our social:

Sabtu, 07 Januari 2017

Salah Satu Kader HmI Cab.Sidrap Komisariat Stai ddi Berpendapat.

NAMA                     SAKKIR
KAMPUS                  STAI DDI SIDRAP
JURUSAN                 PAI

 Hedonisme adalah suatu faham yang memandang bahwa kesenangan itu adalah segala-galanya dan sebisa mungkin menghindari kesedihan, kesengsaraan, serta hal-hal yang menyakitkan. 
Kata hedonisme sendiri berasal dari kata yunani yaitu hedonismos dari akar kata hedone artinya kesenangan. Faham ini berusaha menjelaskan bagaimana memuaskan manusia tentang kesenangan yang sesungguhnya yang menjadi arah dan tindakan manusia itu sendiri didalam menjalani kehidupannya sehari-hari.
Faham hedonis pada zaman modern ini sangat berkembang pesat dikalangan mahasiswa, pasalnya banyak diantara mahasiswa yang menyukai gaya hidup yang komplit tanpa kekurangan sedikit pun serta gaya hidup yang terlalu konsumtif. 
Padahal tanpa disadari gaya hidup seperti itu akan merusak pandangan berfikir mahasiswa menjadi semakin apatis tentang lingkungannya serta cenderung egois terhadap sekitarnya.
Sejatinya paradigma berfikir mahasiswa itu lebih cenderung progresif dan kritis dalam menganalisis dan mengkaji kehidupan sosialnya, baik itu kehidupan di dalam kampus maupun di luar kampusnya. Akan tetapi peran serta tanggung jawab mahasiswa yang sejatinya dijuluki Agen of Change (agen perubahan) dan Agen of Control (agen pengontrol) seakan sirna di telan zaman dikarenakan sifat hedonisme meracuni kehidupan mahasiswa.
DINAMIKA PERGERAKAN MAHASISWA
Oleh : Rahmat Munawar *

I. Pendahuluan

Sebelum melangkah dan memasuki dunia kemahasiswaan, seorang mahasiswa baru harus memahami tentang dirinya sebagai person dan makhluk sosial, dinamika kehidupan mahasiswa sebagai kaum terpelajar dan situasi dan kondisi bangsa sebagai bagian dan pelanjut bangsa ini.
Dalam dunia kemahasiswaan, akan terjadi dinamika dalam kampus dan kehidupan bermasyarakat. Hal ini tidak dapat dipisahkan karena posisi dan peran ganda seorang mahasiswa. Fenomena ini didasari oleh pluralitas, idealisme dan sistem yang berlaku. Terjadinya benturan antara nilai-nilai kebenaran ilmiah dan etika yang didapatkan di bangku kuliah dengan kerancuan sistem dan otoriterisme penguasa mendorong mahasiswa untuk melakukan gerakan pembaharuan yang didasarkan oleh idealisme dan kekuatan moral. Akar gerakan mahasiswa adalah penumbuhan kesadaran terhadap nilai-nilai kebenaran dan tanggung jawab moral untuk mewujudkan kebenaran tersebut.
Bentuk paling ekstrim dari gerakan pembaharuan ala mahasiswa adalah demonstrasi dan militansi mahasiswa. Tidak jarang materi bahkan jiwa mesti dikorbankan untuk arti sebuah nilai kebenaran.

II. Identitas Mahasiswa
Identitas Mahasiswa terdiri dari kata “Identitas” yang berarti ciri atau syarat yang harus dimiliki oleh sesuatu sehingga sesuatu itu dapat dibedakan dengan yang lain, dan kata “Mahasiswa” yang arti formalnya adalah seseorang yang terdaftar disuatu Perguruan Tinggi pada semester berjalan dan makna filosofisnya adalah seorang yang mencari tahu tentang kebenaran dan berusaha mewujudkan kebenaran tersebut.
Jadi, makna Identitas Mahasiswa adalah ciri-ciri atau syarat yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa. Dengan kejelasan Identitas Mahasiswa ini, sehingga mahasiswa dapat dibedakan dengan murid SD, pelajar SLTP dan siswa SMU.
Secara formal, ciri-ciri seorang mahasiswa yaitu memiliki kartu mahasiswa sebagai simbol dan legitimasinya. Namun secara filosofis ciri-ciri seorang mahasiswa sebagai berikut:
1) Rasional 6) Radikal
2) Cerdas 7) Idealis
3) Inovatif 8) Kritis
4) Kreatif 9) Revolusioner
5) Intelek 10) Militan

Ciri-ciri yang disebutkan diatas hanyalah sekelumit dari sekian banyak ciri-ciri mahasiswa yang menjadikan mahasiswa tidak hanya sebagai kaum intelektual tapi juga sebagai sosial kontrol dalam suatu komunitas.
Sebagai mahasiswa, tidak hanya harus mengenal identitasnya, tapi juga harus mengetahui tipenya. Pluralitas lingkungan yang membentuk mahasiswa menjadikan tipe dan karakter mahasiswa berbeda-beda. Secara umum tipe dan karakter mahasiswa dapat dibagi sebagai berikut :
1) Tipe Akademik : Mahasiswa yang hanya memfokuskan diri pada kegiatan akademik dan cenderung apatis terhadap kegiatan kemahasiswaan dan kondisi masyarakat.
2) Tipe Organisatoris : Mahasiswa yang memfokuskan diri pada kelembagaan baik didalam maupun diluar kampus, peka terhadap kondisi sosial dan cenderung tidak mengkonsentrasikan diri pada kegiatan akademik.
3) Tipe Hedonis : Mahasiswa selalu mengikuti trend dan mode tapi cenderung apatis terhadap kegiatan akademik dan kemahasiswaan.
4) Tipe Aktivis Mahasiswa : Mahasiswa yang memfokuskan diri pada kegiatan akademik kemudian berusaha mentrasformasikan “kebenaran ilmiah” yang didapatkan ke masyarakat melalui lembaga dan sebagainya dan berusaha memperjuangkannya.

III. Posisi dan Peran Mahasiswa

Sifat dasar mahasiswa adalah mencari kebenaran dan mewujudkan kebenaran tersebut. Kadang suatu “kebenaran” ala mahasiswa terbentur dengan sistem yang diterapkan penguasa. Konsekwensi langsung dari hal tersebut adalah gerakan pembaharuan terhadap ketimpangan yang terjadi. “Pengawal Utama” dari gerakan mahasiswa adalah nilai-nilai kebenaran ilmiah dan norma-norma etika.
Hal tersebut kemudian menjadikan posisi dan peran ganda mahasiswa. Posisi ganda mahasiswa adalah sebagai kaum terpelajar/intelek sekaligus penyambung lidah rakyat atau DPR jalanan. Sedang peran ganda mahasiswa adalah sebagai pencari ilmu sekaligus agen pembaharu atau sosial kontrol.
Mahasiswa sebagai kaum intelektual mempunyai tanggung jawab moral untuk memperjuangkan hak-hak rakyat dan mengaplikasikan nilai-nilai kebenaran untuk kepentingan rakyat walau harus berbenturan dengan penguasa.
Secara umum strata kehidupan berbangsa dapat digambarkan seperti piramida diatas. Rakyat sebagai mayoritas penduduk adalah elemen dasar suatu negara. Sedang Eksekutif sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Pihak Legislatif sebenarnya berfungsi sebagai penyampai aspirasi rakyat kepada eksekutif.
Tapi ketika pihak legislatif mandul dan cenderung melupakan tanggung jawabnya dan justru memperjuangkan kepentingannya sebagai elit politik maka pada saat itu mahasiswa harus memperjuangkan rakyat.

IV. Sejarah Pergerakan Mahasiswa Indonesia
Perjalanan sejarah pergerakan mahasiswa indonesia dimulai sekitar tahun 1908-an yang ditandai dengan didirikannya Budi Utomo. Pelopor pergerakan tersebut adalah mahasiswa yang tercerahkan dan memaknai serta memahami arti suatu persatuan menuju kemerdekaan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa bentuk pergerakan mahasiswa sangat tergantung pada kondisi sosial yang terjadi pada saat itu walau intinya satu yaitu “Pembaharuan”. Pergerakan mahasiswa pada tahun 1928 dan tahun 1998 adalah suatu contoh perbedaan akibat kondisi sosial yang terjadi.
Titik klimaks dari perjuangan mahasiswa Indonesia adalah pada tahun 1966 dan tahun 1998, dimana dua rezim otoriter pada saat itu berhasil di runtuhkan. Adapun tahun-tahun bersejarah bagi pergerakan mahasiswa Indonesia adalah :

1.) 1908 : Terbentuknya Budi Utomo
2.) 1928 : Sumpah Pemuda
3.) 1945 : Proklamasi dan Perjuangan fisik
4.) 1966 : Tritura dan runtuhnya rezim Orde Lama
5.) 1974 : Peristiwa Malari
6.) 1978 : Pembelengguan kemerdekaan mahasiswa melalui NKK/BKK
7.) 1998 : Aksi Reformasi dan Tragedi Semanggi

Kesuksesan aksi reformasi yang mengorbankan beberapa mahasiswa, tidak berarti perjuangan telah berakhir. Tidak menutup kemungkinan, ketika terdapat ketimpangan akibat ulah penguasa, kita sebagai mahasiswa harus kembali ke jalan untuk menjadi agen pembaharu pembangunan.

V. Peran Mahasiswa Politeknik
Jalur pendidikan tinggi terbagi dua yaitu jalur pendidikan akademis yang menekankan pada pengembangan penalaran seperti Universitas dan Institut, dan jalur profesional seperti Politeknik dan Akademi. Sistem pendidikan di Politeknik yang lebih singkat dan padat dibanding perguruan tinggi lain menyebabkan karakter mahasiswa Politeknik sedikit berbeda dengan mahasiswa lain.
Mahasiswa Politeknik sebagai bagian dari mahasiswa Indonesia mempunyai tanggung jawab moral untuk membela nasib rakyat Indonesia. Disamping itu, mahasiswa Politeknik juga bertanggungjawab untuk menguasai skill dibidangnya yang nantinya juga akan diterapkan di masyarakat. Situasi yang dilematis ini menyulitkan mahasiswa Politeknik untuk berkembang dan mewujudkan idealisme nya. Tapi hal tersebut bukanlah alasan untuk meninggalkan idealisme mahasiswa.
Jadi peranan mahasiswa Politeknik untuk bangsa bukan sekedar belajar dan berjuang, tapi juga mengaplikasikan nilai-nilai kebenaran yang telah didapatkan.

VI. Penutup
Nilai-nilai kebenaran ilmiah yang didapatkan mahasiswa dibangku kuliah kemudian melandasi cara berpikir dan bertindak mahasiswa termasuk dalam menyikapi kondisi sosial masyarakat. Nilai-nilai kebenaran ilmiah ini kemudian melahirkan suatu “Idealisme Mahasiswa”
Konsekuensi logis dari idealisme mahasiswa ialah tanggungjawab sebagai seorang yang menuntut ilmu harus dipenuhi dan peran sebagai sosial kontrol harus tetap dijaga.
Dalam peran sebagai sosial kontrol, tidak jarang mahasiswa harus berbenturan langsung dengan aparat sebagai kaki tangan penguasa. Pada kondisi seperti ini kita sebagai mahasiswa akan diperhadapkan pada penindasan dan perlawanan yang nantinya kita akan memilih antara “Lawan atau Tertindas”
Mahasiswa sebagai penerus roda pembangunan dituntut untuk memberikan yang terbaik untuk Republik ini baik skill, ilmu, materi atau bahkan darah kita.

Wallahu a’lam bis-showab

Billahi taufik wal hidayah
Wassalamualaikum Wr.Wb



HIDUP MAHASISWA !!!

* Penulis adalah Koordinator Departemen Akademik dan Kemahasiswaan
Senat Mahasiswa Politeknik Negeri Makassar Periode 1999-2000

(makalah lawas, pertama bawa materi waktu penerimaan mahasiswa baru poltek tahun 2000) - See more at: http://www.diskusilepas.com/2011/07/dinamika-pergerakan-mahasiswa.html#sthash.M3PqDKWG.dpuf

0 komentar:

Posting Komentar